Monday, 3 May 2010

Passion-Pendidikan

Pernah mendengar istilah ‘I hate Monday’? Saya yakin banyak dari pembaca yang familiar dengan istilah tersebut. Umumnya, istilah tersebut dikeluarkan oleh para karyawan perkantoran atau mahasiswa dan siswa sekolah. Dalam hal ini yang ingin saya soroti adalah dari perspektif karyawan kantoran. Kebanyakan dari mereka mengeluh bahwa dengan datangnya hari Senin maka mereka kembali ke rutinitas mereka. Bekerja, bekerja, dan bekerja hingga akhir minggu tiba lagi. Mereka seakan tidak menemukan kenikmatan dalam melakukan pekerjaan mereka. Mengapa bisa demikian? Karena pekerjaan mereka bukanlah passion mereka. Apa itu passion? Mengapa harus dengan menemukan passion kita? Akan dielaborasi lebih lanjut di bawah ini.

Passion adalah suatu dorongan, suatu hasrat, sesuatu yang sangat kita cintai dan nikmati. Padanan kata bahasa Indonesia yang tepat secara harfiah mungkin hasrat. Passion adalah sesuatu yang sangat kita gemari dan sukai, sehingga pada saat kita melakukannya maka kita akan melakukannya dengan sepenuh hati. Ada orang yang memiliki passion makanan, maka dia akan mengetahui segala macam makanan dari segala penjuru dunia. Ada orang yang passion-nya olahraga, maka dia akan mengetahui berbagai macam olahraga yang ada di dunia ini, atau bahkan menggeluti salah satu bidang olahraga yang sangat menarik untuk dia. Ada yang memiliki passion dalam bidang busana, maka ia akan dapat menunjukkan dengan lugas berbagai macam mode yang sedang in saat ini. Tidak jarang orang yang memiliki passion tertentu bahkan terjun dalam industri passion-nya sendiri. Pemilik passion makanan dapat membuka rumah makan, seorang perenang bisa menjalankan passion¬-nya yaitu olahraga renang, dan orang yang memiliki passion otomotif dapat terjun sebagai pembalap atau bahkan membuka bengkel. Yang pasti, selain dapat memberikan kepuasan batin, passion seseorang dapat ditransformasikan untuk memberikan keuntungan finansial bagi diri sendiri, dan memberikan manfaat untuk orang lain.

Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa dalam dalam melakukan sesuatu maka kita harus melakukan sesuai dengan passion kita, karena hasil yang akan didapatkan akan berkali-kali lipat. Orang-orang yang mengatakan hal tersebut mulai dari seorang yang secara profesional mengajarkan mengenai passion, hingga seorang tokoh fiktif dalam sebuah film. Seseorang yang telah sejak lama membahas mengenai passion ini adalah Rene Suhardono Canoneo, seorang career coach yang mengajarkan bahwa pekerjaan kita bukanlah karir kita apabila tidak dilakukan dengan passion. Contoh dari tokoh lain adalah Mochtar Kusumaatmadja. Menurut penuturan dari beberapa orang, Prof. Mochtar memiliki passion berupa hukum laut. Dengan passion¬-nya itu, beliau telah menelurkan konsep baru yang di kemudian hari memberikan keuntungan berupa keamanan, kewilayahan, dan ekonomi bagi Indonesia. Konsep tersebut adalah konsep negara kepulauan (archipelagic state). Saya pun berkesempatan untuk bertemu dengan orang lain yang bekerja dengan mengutamakan passion-nya. Beliau adalah Rahmat Soemadipradja, salah satu pendiri kantor hukum terkemuka di Jakarta. Bahkan beliau dengan lugas menyatakan bahwa, dan saya mengutip, ‘’jangan sia-siakan waktu dengan melakukan hal yang kamu tidak suka. Lakukan sesuatu yang kamu suka, dan apabila kamu hebat dalam melakukan hal tersebut, uang yang akan mencari kamu, bukan kamu yang mencari uang’’.

Yang mungkin sedikit nyeleneh adalah saya juga mengambil pernyataan dari salah satu tokoh dalam film 3 Idiots, Ranchoddas Chancadd. Ia pun mengatakan bahwa kita harus menjalani passion kita dalam hidup. Dalam film itu, Rancho, seorang yang passion-nya adalah rekayasa mesin, masuk ke suatu Institut Teknik terkemuka dan sukses menjadi peneliti yang memiliki 400 paten atas namanya.

Lalu apa hubungannya dengan pendidikan? Apa pula hubungannya dengan istilah ‘I hate Monday’ di atas? Banyak.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kebanyakan karyawan yang mengeluhkan datangnya hari Senin adalah mereka yang terbebani dengan pekerjaan mereka. Mereka tidak mencintai pekerjaan mereka karena mereka tidak bisa meneukan passion mereka dalam pekerjaan tersebut. Hal ini sudah terinkorporasi dalam sistem pendidikan kita, terutama sejak SMP hingga SMA. Sejak dulu, sistem pendidikan kita mengkotak-kotakkan muridnya berdasarkan IPA atau IPS. Padahal tidak sedikit murid IPS yang jago dalam fisika, atau murid IPA yang lihai dalam akuntansi. Seharusnya murid-murid dibebaskan untuk memilih mata pelajaran apa yang mereka sukai. Sesuai dengan passion mereka. Dibuat dalam sistem mayor-minor, layaknya sistem pendidikan di AS. Dengan demikian, pelajar dapat menemukan passion mereka sendiri sehingga pekerjaan yang mereka lakukan pun hasilnya akan maksimal. Apabila mayoritas pekerja kita sudah tidak bekerja lagi, melainkan sudah dalam tahap berkarya, maka Indonesia akan mencapai tahap yang dinamakan merdesa. Oleh karena itu, sistem pendidikan kita harus diubah secara bertahap menuju sistem pendidikan yang saya sebutkan karena hambatannya sangat besar. Namun, apabila kita melakukannya dengan niat, apapun dapat dilakukan.

Untuk penutup, akan saya hadirkan ucapan dari Rene Suhardono yang berbunyi ‘embrace your passion, live a life of action, and build our nation’. Mari capai merdesa dengan menemukan passion kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment