Saturday 20 March 2010

Senioritas adalah..... ( I )

Tulisan ini gw buat hari Sabtu dini hari, tanggal 20 Maret. Buat kalian yang mikir « ngapain tengah malem nulis blog ? », ini karena ada pemicunya sih sebenernya. Dan gw nulis ini bukan sebagai bentuk untuk nyari muka atau apa, murni bentuk pemikiran gw

Jadi dari tadi di twitter temen-temen angkatan gw pada ribut ngomongin ospek mereka ke angkatan 2008. Trus kenapa ? salah ngomongin ospek dan bernostalgia dengan masa lalu? Ngga. Yang bikin gw agak mengerutkan dahi adalah pernyataan salah seorang temen gw yang bilang kalo tolak ukur kesuksesan ospek adalah karena juniornya (dalam hal ini angkatan 2008) takut sama seniornya. Saking takutnya dia sampe hampir jatoh karena nunduk terus.

Nyet, ngapain banget sih harus bangga kalo junior sampe lari terbirit-birit sama lo? Emang ada manfaatnya juga buat kita? Ngga kan? Trus ngapain juga harus bangga dan bilang ospeknya sukses?!

Menurut gw tolok ukur kesuksesan bukan dari ketakutan si junior ke senior, tapi justru gimana caranya si senior bisa menciptakan keadaan di mana sesama junior bisa tenggang rasa dan berinteraksi sesamanya. Mau dengan menciptakan suasana mencekam, silakan. Mau acara joget-joget, silakan. Mau dicekokin film-film perang supaya lebih militan, silakan. Tapi tolong liat aim dari acara ospek ini, yaitu pengakraban dan proses penjalinan kerjasama antar junior. Bukan ajang gencet-gencetan atau intimidasi senior terhadap junior.

Gw bukannya tipe yang nolak-nolak “kekerasan” dalam ospek. Bukan. Bahkan kalo lo mau main keras-kerasan sama gw ayo aja. Gw digojlok sama TNI selama 10 hari berturut-turut kok pas gw ospek SMA (tetep aja kalah sama anak-anak Taruna Nusantara). Blom lagi penyiksaan mental dan fisik di Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Masalah “kekerasan” kayak ospek kampus doang sih kecil. Tapi di sini yang harus disorot bukan masalah pemakaian kekerasan dalam ospek atau tidaknya, tapi soal esensi dari ospek itu sendiri.

Pas digojlok sama TNI, hal yang bisa gw dapet adalah soal disiplin diri, kesigapan, nurut sama ‘atasan’, ga cengeng dan bisa beradapasi sama keadaan apapun, dan masih banyak lagi. Di Paskibra kurang lebih sama lah. Yang unik di Paskibra adalah gw belajar untuk memimpin orang lain, tapi kadang juga harus mau untuk dipimpin sama orang lain. Kan ada tuh orang-orang yang ga mau dengerin omongan orang dan kerjaannya merintah doang, mati aje lu. Pesan-pesan moral itu yang harus bisa diciptakan oleh senior-senior yang nanti bakal ngospekin juniornya, ya dalam hal ini di kampus gw lah ya.

Kadang gw bingung, ngapain juga ya kita harus keras gitu. Untuk dapetin wibawa dari junior? Supaya terkesan garang dan jagoan? Dikira hebat? Gile, picik juga pikirannya kalo kayak gitu. Menurut gw rasa hormat dan wibawa itu ga bisa dikasih begitu aja, tapi lo emang bener-bener layak untuk dapetinnya. It is something that you earn, not something that you get. Orang pun akan tau mana yang harus dihormatin, mana yang ngga. Mana yang cuma gila hormat, sama mana yang emang layak untuk dapet penghormatan dari kita.

Udah hampir setaun ini gw mimpin 2 organisasi besar. Kenapa besar ? karena yang satu organisasi yang cakupannya nasional, dan yang satu adalah organisasi baru yang cakupannya universitas, bukan cuma lingkup fakultas. Dalam setaun ini juga gw belajar banyak sebagai seorang ketua. Satu hal yang gw sadarin banget, jadi seorang ketua ga otomatis bikin lo jadi seorang pemimpin. Being a head of some organization is one thing, but being their leader is another thing. Dan setiap harinya gw selalu menyadarkan diri gw kalo ga cukup gw menyandang status sebagai ketua dari organisasi itu, tapi gw juga harus bisa memimpin kedua organisasi tersebut dengan sama baiknya. Dalam memimpin dua organisasi itu gw ga memosisikan diri gw sebagai ketua, tapi sebagai sesama anggota dari organisasi. Cuma kebetulan aja jabatan gw sebagai ketua. Gw juga berusaha untuk se-humble mungkin di depan anggota-anggota gw (yang tau gw kayak gimana, pasti susah ngebayanginnya hehehe), karena menurut gw seorang pemimpin bukanlah seseorang yang disegani karena kekuasaannya, tapi disegani lewat perbuatannya yang santun, santai, tapi tegas. Gw penganut tipe pemimpin yang ing madyo mangun karso. Alhamdulillah feedback dari anggota-anggota yang baru baik, walaupun beberapa anggota lama bilang gw terlalu lembek sama anggota baru. But that’s how I roll things. I like to lay back, not boss around, but still have my dignity as “the boss”. Because being the boss means being a leader. And being a leader means being their friend.

Kaitannya sama ospek adalah, ga perlu kita yang sebagai senior menciptakan keadaan supaya junior takut atau segan sama kita, tapi kita justru harus jadi temen mereka. Kasih mereka pengertian, bimbingan, arahan baru di lingkungan baru mereka. Jangan pikirin diri kita yang harus dihormatin, tapi justru pikirin gimana caranya supaya mereka bisa bersosialisasi dan bekerjasama antar angkatan mereka sendiri. Because being the older batch doesn’t make us their seniors, but it makes us their older brothers and sisters

Friday 5 March 2010

In Progress

Memang sudah lebih dari sebulan tidak ada post di blog ini. Memang.
trus kenapa???

Sebenernya banyak banget yang mau gw tulis di sini. banyak banget. tapi itu semua kebantai karena satu aplikasi kecil yang bernama ubertwitter.
gw orangnya suka baca. suka banget. dan gw pun suka nulis. suka banget.
bahkan kalo kata seorang Rene Soehardono bahwa kita harus bisa nemuin passion kita dalam hidup, well so far, it's writing.
nah, sayangnya karena si aplikasi kecil itu gw jadi males untuk nulis di blog. ada beberapa variabel yang bikin gw males nulis. dan gw bahkan terlalu males untuk nulis tulisan itu.

Jadi sebenernya gw cuma pengen kasih tau kalo beberapa tulisan gw akan muncul di blog ini.
Mungkin nanti kayak postingan gw yang terakhir, bisa sampe 3 atau 5 sekaligus.

I need an escape from the routines of this life. And by writing, I found it.