Monday, 12 September 2011

The Land of the Free. The Home of the Prihatin.

Indonesia tanah air Beta, akan selalu Beta cinta. Tidak tahu Alfa dan Gamma.

Indonesia tanah yang luhur, makmur, dan -beberapa tahun ini- penuh genangan lumpur.

Indonesia tanah pusaka. Tempat berlindung di hari tua. Untuk pendosa.

Indonesiaku...
Yang muda mabok, yang tua korup. (Terima kasih Distorsi untuk kata-katanya yang relevan hingga kini)
Yang muda menyuarakan -menurut mereka- suara rakyat, yang tua korup.
Yang muda larut dengan musik yang terdengar seperti gitar di-setem, berulang-ulang, yang tua korup.
Yang muda apatis, yang tua korup.
Yang muda merasa tahu segalanya, yang tua korup.
Yang muda juara olimpiade internasional, yang tua....... ya korup.


Beringin -seperti aslinya- makin bau pesing, sedangkan Padi dan Kapas menjadi konsumsi kaum kanan. Oh, maaf. Kanan menengah.
Ka'bah dikomersialisasi religius nasionalis, begitu pun Bulan dan Bintang Sabit. Padahal, bulan dan bintang katanya adalah sui generis (atau common heritage of humankind, lupa).
Banteng setia menjadi pseudo-representasi wong cilik, dengan perutnya yang tambun.
Dan KEBO? Yah.... Kebo akan senantiasa prihatin.

Merdeka!!

NB: Kalau tidak tahu apa itu sui generis atau common heritage of mankind, Google is only a click away.

No comments:

Post a Comment