Setelah ngerjain skripsi ini selama setaun lebih, gue menemukan sebuah konklusi sederhana. Gue ngga berkembang sama sekali.
Setaun lebih gue ngerjain skripsi ini dengan semangat yang sama, dengan bahan yang cuma bertambah segelintir, dengan cara yang sama pula. Einstein bilang, gila kalau mengharapkan hasil yang berbeda dari cara yang sama. Ya, bisa dibilang gue gila karena mengharapkan hasil yang sensasional dengan niat seujung kuku.
Banyak tantangan yang gue terima akhir-akhir ini, yang paling berat gue harus mengkonsep sebuah acara baru dari Pandji (dengan segala persiapannya). Tantangan-tantangan yang membuat gue semakin kreatif dalam mengembangkan pola pikir, tantangan yang membuat gue semakin giat mengasah otak. Tapi, skripsi ga berjalan sebagaimana mestinya.
Analogi yang paling sering gue pake untuk menjelaskan hubungan platonik gue dengan skripsi adalah hubungan suami istri yang udah menikah selama 30 tahun. Skripsi adalah si istri, yang harus dijamah setiap hari, dikasih perhatian lebih, dan diperhatikan segala detil tentangnya. Tapi kemudia muncul 'wanita-wanita' lain yang sebenarnya cuma selingan. Layaknya laki-laki normal, pasti gue melirik godaan itu. Wajar. Yang ga wajar adalah gue kemudian menelantarkan istri gue. Padahal kalo gue merawat istri gue dengan baik, akan lahir 'anak-anak' yang akan buat hidup gue semakin meriah dan sempurna. Gue akan menjadi 'laki-laki sepenuhnya'.
Trus apa gunanya post ini? Self reminder I guess.
Oh well, the whole world is moving, I should too. You all should to.
No comments:
Post a Comment